Cerpen Memberi Anda Wawasan Literasi
yang Menarik
"Hanya Bayangan Nya"
Gennre_Fiction
2 gadis kembar yang diketahui kelas 11 itu kian berjalan dikoridor bersama dengan senyum yang menghiasi wajah mereka masing², mereka adalah Maya angguni Maheswari dan Miya angguni Maheswari, dua gadis kembar itu sangat terkenal di SMA Rancawera tepatnya dijakarta timur.
Kehidupan gadis kembar itu sangat bahagia, mereka memiliki kekayaan bahkan keluarga yang lengkap, Maya mempunyai kekasih bernama Samuel Adiyatama dimana Samuel adalah Kaka kelas mereka dan ketua basket di SMA Rancawera, berbeda dengan Miya yang memilih untuk tak mempunyai kekasih.
Kembali ke kisahnya,
Mereka berjalan dikoridor dan berpapasan dengan Samuel, Samuel menatap Maya dan tersenyum hangat, membuat Miya yang sepertinya memiliki perasaan pada Samuel hanya diam.
"Mi, gue sama Sam ke kantin duluan ya"ucap Maya
"Eh iya may, gue ke kelas ya"ucap Miya
Maya mengangguk dan tersenyum hangat kemudian ia berjalan disamping Samuel menuju ke kantin.
Singkat cerita akhirnya waktu pulang telah tiba, dua gadis itu tengah berjalan menuju halte bus, ya mereka belum ahli menggunakan mobil ataupun kendaraan sendiri membuat mereka memilih menaiki transportasi umum.
"Eh bentar Mi, gue mau ke warung itu dulu deh, haus soalnya, Lo tunggu sini aja ya takutnya busnya Dateng"ucap Maya
"Gue nitip may, hati²"ucap Miya
Maya mengangguk, ia berjalan menyebrang jalan karena posisinya warung itu ada disebrang halte bus, Miya kembali memfokuskan pandangannya ke layar ponselnya.
Hingga suara teriakan histeris terdengar ditelinganya, jantung Miya berdetak lebih kencang karena ia mengenal jelas suara itu.
Brakkk
Suara nyaring itu membuat Miya memekik, ternyata sebuah mobil menabrak tubuh Maya hingga terpental jauh.
"MAYAAAAA!!!"teriak Miya
Miya berlari kearah Maya yang sudah terbaring dengan darah yang mengalir dari kepalanya.
Miya sudah menangis terisak, ia mencoba menghubungi ambulan, disana sudah banyak orang mengerubungi tubuh lemah Maya yang terbaring.
"May bertahan demi gue"ucap Miya
"Sakit Mi..."lirih Maya sebelum memejamkan matanya
Miya panik setengah mati, akhirnya ia bernafas lega saat ambulan Datang dan segera membawa Maya ke rumah sakit.
Sesampainya dirumah sakit, Miya tak bisa tenang ia masih berdiri didepan ruang UGD dengan mengigit jari-jarinya.
"Mi, gimana Maya??"ucap Samuel
"Ka, Maya mengalami luka parah dikepalanya, gue ga tega liatnya"ucap Miya
"Gue boleh liat Maya kan??"ucap Samuel
"Blum ka, dokter masih melakukan pengobatan sama Maya"ucap Miya
Samuel sama tak tenangnya dengan Miya, ia terduduk lemas sembari mengacak² rambutnya.
"Kok bisa gini sih mi, kenapa bisa gini"ucap Samuel
"Gue salah ka gue salah, gue yang izinin dia beli ke warung sebrang, kalo aja gue antar dia kejadian ini ga akan terjadi"ucap Miya
Miya terduduk dilantai, tubuhnya lemas sembari Isak tangisnya semakin kencang.
Selang beberapa menit akhirnya seorang dokter wanita yang diketahui namanya Vina keluar dari ruangan UGD.
"Dok, gimana keadaan Maya??"ucap Miya
"Bagaimana dok keadaan pacar saya??"ucap samuel
Vina hanya menghela nafas kemudian memegang bahu Miya.
"Pasien kritis, tapi dia udah sadar cuma kondisinya sangat lemah"ucap Vina
"Kami boleh liat Maya kan dok??"ucap Miya
"Boleh, tapi jangan menganggu pasien ya karena kondisinya masih sangat lemah"ucap Vina
Akhirnya mereka berdua tergesa-gesa untuk masuk kedalam ruangan dimana Maya tengah terbaring dengan mata sayup.
"May..."lirih Miya
"Mi...Sam..."lirih Maya
"Iya may??"ucap Samuel dan Miya
"Janji ya sama aku, kamu jagain Miya kalo aku gada"ucap Maya
"May, kamu ngomong apa sih"ucap Samuel
"Mi...Lo harus saling saja sama Sam ya, gue udah ga kuat"ucap Maya
Setelah mengatakan itu komputer detak jantung Maya berdengung membentuk garis pertanda detak jantung Maya sudah tidak ada.
"MAYAAAAAAA"teriak Samuel dan Miya
Singkat cerita, beberapa bulan berlalu sejak kepergian Maya seluruh siswa/i disekolah SMA Rancawera berduka, namun sekarang Samuel dan Miya semakin dekat dan sudah berpacaran.
"May"ucap Samuel
"Ka, aku Miya"ucap Miya
"Em sorry mi, gue cuma kangen sama Maya"ucap Samuel
"Iya ka gapapa"ucap Miya
Mereka memang sudah menjalani hubungan karena sebuah pesan terakhir dari Maya.
Waktu istirahat pun tiba, Miya berjalan kearah kantin dengan temannya diva.
"Eh mi bentar bentar, Lo liat deh itukan ka Sam, ngapain dia sama cewe"ucap diva
Miya menunduk, ini kesalahannya yang menaruh terlalu dalam perasaan sayang pada Samuel padahal Miya hanya bertugas menjaga Samuel sebelum Samuel bertemu dengan pilihannya.
"Gapapa, ayok ke kantin"ucap Miya
"Lo ga marah gitu??"ucap diva
"Bukan tugas gue kali, tapi tugas Maya"ucap Miya
"Tapi mi-"ucap diva terpotong
"Udah ah Ayok makan"ucap Miya
Singkat cerita kini hubungan Samuel dan Miya sudah 3 tahun lamanya, dimana mereka sekarang duduk di universitas Indonesia dijakarta.
"Mi"ucap Samuel
"Iya ka?"ucap Miya
"Happy anniversary yang ke 3 tahun, disini gue mau ngucapin makasih dan maaf, makasih udah bertahan sama gue meski Lo tau se bajingan apa gue beberapa tahun lalu, dan maaf didetik ini gue mau kita cukup sampai disini, gue gabisa terus-terusan sama Lo sedangkan gue merasa Lo itu Maya, gue gabisa terus-terusan nyakitin perasaan Lo mi, Lo berhak bahagia dengan pilihan Lo begitupun gue, Lo ga harus selamanya jadi bayangan Maya buat gue, gue bakal berusaha buat lupain Maya dan menjalani hidup selayaknya dengan tidak menjadikan Lo bayangan Maya"ucap Samuel
Miya mendengarkan seksama, kemudian ia tersenyum hangat, ia meraih leher Samuel dan memeluknya sembari berjinjit.
"Ka, aku ga pernah nyesel jadi bayangan Maya buat kamu ka, tapi aku merasa bersyukur bisa menjaga Kamu sampe kamu bisa ketemu dengan pilihan kamu, ini pelukan terakhir dari aku sebagai Maya, hidup menjadi bayangan Maya adalah hal yang membuat aku sakit, tapi aku bersyukur bisa menyelesaikan amanah Maya"ucap Miya
Miya melepas pelukannya, ia memberikan paper bag kepada Samuel.
"Happy anniversary yang ke 3 tahun dan selamat tinggal"ucap Miya
Miya berbalik badan hendak melangkahkan kakinya namun suara Sam menghentikannya.
"Mi, makasih untuk semuanya, semoga Lo bahagia kedepannya"ucap Samuel
Miya membalikkan tubuhnya lalu tersenyum hangat dan melambaikan tangan menjauh dari hadapan Samuel.
"Bahagia selalu bayangan Maya"gumam Samuel
Menjadi bayangan seseorang memang sesakit itu, maka janganlah kalian menjalin hubungan dengan kekasih saudara kalian sendiri atau kalian akan jatuh dan merasakan sakit yang teramat dalam.
Tamat...
"Rumah yang Sesungguhnya"
Gennre : Fiction
Yenara Vivian Winata, gadis cantik yang menginjak usia 17 tahun dimana ia baru kelas 11 SMA, ia kerap dipanggil Nara.
Orang bilang cinta pertama anak perempuan itu datang dari sosok ayah, namun mengapa Nara tak mendapatkannya?
Disekolahnya Nara mempunyai sahabat bernama Jena, Jena memang sahabat yang baik namun ia belum bisa jadi rumah untuk Nara.
Disini dimulai kisahnya.
Saat itu Nara tengah mencari novel yang ia cari digramedia, ia hanya sendiri biasanya bersama Jena namun Jena memiliki janji dengan Evan kekasihnya sehingga tak bisa ikut dengan Nara.
Setelah lama berputar² disekitar Gramedia, akhirnya Nara tersenyum setelah menemukan novel yang ia cari, ia segera meraihnya namun tubuhnya terlalu rendah untuk mengambil novel yang berada dipaling atas rak.
"Biar gue bantu"
Suara asing itu menyapa telinga Nara, Nara membalikkan badannya dan melihat seseorang yang sangat tinggi yang membuat Nara hanya sebatas dada seseorang itu.
"Makasih"
Setelahnya seseorang itu memberikan novel yang diraihnya kepada Nara, Nara tersenyum tipis sembari menerima buku itu.
"Tunggu"
Nara berbalik badan saat hendak melangkahkan kakinya, seseorang itu memanggilnya.
"Reynald, panggil Rey"
Nara tersenyum tipis, lalu mengangguk sebelum menautkan tangan Rey yang terulur.
"Yenara"
"Nama yang bagus"
Nara tersenyum tipis, kemudian ia mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal, ia segera menuju kasir dan membayar novel itu.
Setelahnya Nara berjalan keluar dari Gramedia dan masuk kedalam mobilnya untuk segera pulang.
"Dia sangat tampan dan baik hati"
Nara sadar akan ucapannya, ia segera menggelengkan kepalanya ia tidak boleh tertipu oleh sikap awal seseorang.
Sesampainya dirumah, Nara memarkirkan mobilnya dan segera masuk kedalam rumah.
"Darimana kamu!!!"
Suara keras itu menyapa telinga Nara yang baru saja menutup pintu utama, ia melihat ayahnya yang menuruni anak tangga dan mendekat kearahnya.
"Aku dari gramedi--"
Plakkk
tamparan itu mendarat di pipi mulus Nara, Nara merasakan pipinya yang kebas dan panas, detik kemudian air mata menetes membasahi pipinya.
"Ayah, salah Nara apa?"
"Banyak, dan kamu ga akan bisa menebus semua itu"
Tobi candra Winata, seorang pengusaha kaya yang terkenal ramah dan baik namun tak ada yang tau apa perlakuan dia kepada putri semata wayangnya yaitu Yenara Vivian Winata.
Tiada pukulan yang Tobi lewati untuk memukul Nara putrinya hanya karena sebuah kecelakaan yang terjadi pada istrinya yaitu ibu dari Nara yang selalu Tobi sangka Akibat Nara karena hanya Nara yang selamat pada kecelakaan itu.
Tiada malam yang bisa membuat Nara tertidur nyenyak, dari kamar yang sangat sunyi itu selalu terdengar suara Isak tangis memilukan dari seorang Nara.
Pagi harinya Saat ia berada disekolah, kelasnya kedatangan murid baru, namun yang membuat Nara terkejut dia adalah seseorang yang bertemu dengannya di gramedia.
"Hai Ra"
Nara menolehkan kepalanya kesamping saat Rey berada dihadapannya, Rey mengajaknya ke kantin, Nara mengikuti Rey dan langsung mendapat tatapan penuh tanda tanya dari Jena.
Saat pulang sekolah, hujan deras datang, Rey dan Nara memilih bermain hujan yang membuat Nara tertawa keras, ia suka hujan.
"Are u like it Nara?"
Nara mengusap wajahnya yang penuh dengan air hujan, kemudian ia mengangguk dan kembali tertawa.
Hari demi hari mereka lewati bersama hingga akhirnya mereka semakin dekat, sekarang mereka sudah menjadi sepasang kekasih yang sangat serasi.
4 tahun mereka lewati hingga sekarang berada diuniversitas yang sama hingga pada akhirnya Rey memberanikan diri untuk mengajak Nara ke jenjang lebih serius.
Dan pada detik itu juga saat Rey datang ke rumah Nara, Nara mendapat pelukan dari seorang ayah setelah sekian lama Nara tak mendapatkannya.
"Nara maafkan ayah, semua ini bukan salah kamu, ayah sudah tau semuanya, maafkan ayah Nara"
Bertahun-tahun sejak Nara berusia 7 tahun Nara baru merasakan kembali pelukan seorang ayah setelah sekian lama.
Nara bahagia, bahagia karena sudah mendapatkan kembali 2 rumahnya sekaligus, mereka berpelukan yang membuat Rey tersenyum akan hal itu, misinya membantu Nara sudah selesai, tinggal waktu dia dan Nara yang bahagia.
"Menikah denganku Nara"
Sebuah cincin mengkilat itu terbuka dari kotaknya, Nara membekap mulutnya, 2 kebahagiaan sekaligus menyapanya, Nara mengangguk kemudian memeluk erat Rey.
"Thank you Rey, thank you for everything"
"Yes, anything for u"
Akhirnya disinilah kisah bahagia terwujud, sakit hati, luka yang sudah Nara lewati berbuah kebahagiaan yang tak pernah Nara duga selama ini.
_End_
"Membantu Sesama Di Era PANDEMI"
Gennre_Fiction
Di pagi hari ada tiga orang remaja laki-laki yang biasa dipanggil dengan nama Yudha, Bara, dan Tama. Mereka adalah siswa SMPN Sukabakti. Yudha, Bara, dan Tama adalah anak dari keluarga berada tapi mereka tidak memiliki sifat sombong, justru mereka suka berbagi, rajin menabung, dan aktif dalam kegiatan kemanusiaan dan gotong royong di sekitarnya.
Hari ini mereka sedang berada di jalanan untuk membagikan makanan dan masker. Ketikamemberikan makanan dan masker kepada seorang nenek, tiba-tiba nenek itu pun menangisdanberkata, "Terima kasih nak sudah memberikan makanan ini untuk nenek" ucapnya sambil menangis.
"Sama-sama nek, sudah menjadi kewajiban kami untuk membantu sesama" ucap Yudhasambil memeluk sang nenek. Sedangkan Bara dan Tama hanya tersenyum.
"Nama nenek siapa? Nenek tinggal di mana?" tanya Bara kepada sang nenek
"Nenek sering dipanggil nek jumi'ah nak, nenek sudah tidak punya tempat tinggal" jawabnyadengan muka Sendu
" Apakah Nenek punya keluarga? Eumm maaf jika boleh bisakah nenek menceritakan kehidupannenek sebelum adanya masa pandemi ini ?" Kini Tama lah yang bertanya kepada sang nenek
" Nenek sudah tidak mempunyai suami nak, suami nenek sudah meninggal karena sakit dannenek tidak mempunyai anak" ucapnya dengan mata memerah
" Dulu sebelum masa pandemi ini nenek seorang pedagang kelontong tapi setelah ada masapandemi kios kelontong nenek sepi dan pasar pun harus ditutup. Jadi karena nenek mempunyai hutang yang dulunya untuk berobat suami nenek, nenek pun menjual kios kelontong. Karenamasih tidak ada perubahan dari covid 19 ini nenek menjual rumah untuk kebutuhan sehari-hari dan tinggal di kontrakan. Namun lama-kelamaan uang dari hasil menjual rumah habis dan nenek tidak bisa bayar kontrakan sehingga nenek diusir dari kontrakan dan hidup di jalanan" lanjutnya dengan menitikkan air mata.
Yudha dan Tama langsung memeluk sang nenek karena merasa terharu akan kisah hidupsi nenek.
Setelah nenek jumiah bercerita, Yudha mengajak nenek jumiah untuk tinggal di rumahnya, tapi nenek jumiah menolak karena tidak mau merepotkan.
"Nenek tinggal saja bersama Yudha daripada nenek disini sendirian" Tawar yudha pada nenek
" Tidak usah nak, Nenek tidak mau merepotkan kalian" Tolak nenek
Jadi, mereka pun memberikan nenek jumiah sedikit uang, lalu mereka pamit untuk pulang.
" Yaudah nek, kita pamit dulu, nenek hati hati ya disini, sehat sehat ya nek Assalamuailaikumnek" ucap Tama lalu mereka serentak mengucap salam
" Iya nak, terimakasih, Waalaikumussalam"
***
Sesampainya dirumah masing- masing, Mereka semua menceritakan kepada orang tua masing- masing dan meminta pendapat bagaimana cara untuk membantu nenek Jumi'ah. Lalupapahnya Yudha mengusulkan untuk mencari sumbangan atau juga dengan menjual beberapabarang dari Yudha yang sudah tidak dipakai. " Baiklah pah, Yudha akan memilah barangyangsudah tidak Yudha pakai." Ucapnya dengan bersemangat.
Sedangkan Orang tua Bara mengusulkan untuk Bara melakukan pertunjukan musik karenaBarabisa memainkan alat musik " Apa di musim pandemi ini akan ada orang yang menontonmah?" Ucap Bara ragu.
" Cobalah dulu sayang, jika tidak memungkinkan bisa berdiskusi lagi dengan teman- temanmu ." Ucap Mama Bara dengan tersenyum.
" Baiklah mah pah, terimakasi atas usulannya, nanti Bara diskusikan lagi dengan teman-teman." Balasnya dengan bersemangat.
Sedangkan Orang tua Tama mengusulkan untuk berjualan makanan ringan di jalan
" Oke mom dad, makasi ya usulnya, nanti Tama bicarain lagi sama teman-teman." ucapnyaseraya tersenyum.
***
Keesokan paginya Yudha, Bara, dan Tama berkumpul, mereka telah menceritakan tentangusulan dari orang tua mereka masing-masing. Sekarang mereka sedang berdiskusi tentangusulan mana yang akan mereka gunakan untuk mengumpulkan uang.
" Oke, sepakat yaa buat ngejual barang-barang yang udah ga dipake." Ucap Bara
" Iya sepakatt." ucap serentak Yudha dan Tama.
Akhirnya mereka pun memilih untuk menjual beberapa barang yang tidak dipakai dan masi layak pakai.
Sore harinya, mereka menjual barang-barang mereka seperti buku, bola, gitar, baju dan baranglainnya. Namun ternyata uang yang dikumpulkan masih kurang, jadi mereka berencana untukmenjual makanan esok harinya.
***
Keesokan harinya mereka menjual makanan ringan seperti kue kering dan aneka minumandi jalanan, semua jualan mereka laku sampai habis. Lalu tidak disangka-sangka
BRAKKK DUGH
"Aduhhhhhhh awwws sakitt."
"TAMAA."
Ada motor yang menyerempet Tama lalu membuatnya terdorong ke belakang. Beruntunghanyakaki Tama yang luka.
" Apa yang sakit Tam?" tanya Yudha
" Aduhh kaki ku sakit banget."
"YAAMPUN,DARAH." Teriak Yudha dan Bara refleks
" Aduh gimana nih Yud?." Tanya Bara seraya melihat kaki Tama.
"Tenang Tam tenang, telfon orang rumah aja Bar, Kaki Tama darahnya makin banyak" UcapYudha sambil menenangkan Tama
Tanpa mereka sadari sudah banyak warga yang mengerubungi mereka
" Naik mobil saya aja dek kerumah sakitnya." Tawar seorang pengendara
" Ya udah pak, ayo pak kita bawa, bapak- bapak tolong ya angkatkan teman saya" UcapBarameminta tolong
Sesampainya di rumah sakit, Tama langsung ditangani oleh dokter, Yudha menelfon orangtua Tama dan orang tuanya untuk datang kerumah sakit. Sedangkan Bara mengucapkan terimakasih kepada pengendara yang telah menolong untuk membawa Tama ke Rumah Sakit.
Dokter pun keluar dari ruang UGD, disana sudah ada orang tua Tama, Bara, Yudha dan mamahYudha. Dokter mengatakan bahwa Tama harus dirawat karena ada tulang yang tergeser
***
Karena kejadian kecelakaan kemarin Tama masih dirawat, sedangkan uang untuk membeli rumah nenek Jumi'ah masih kurang, Sehingga Yudha mencari donatur dari rekan bisnis papahnya. Sedangkan Bara dengan menggunakan masker berkeliling komplek rumahnyauntukmeminta sumbangan. Mereka melakukan semua ini dengan prokes, keringat yang menetestidak mengurangi semangat pemuda mereka yang membara.
Akhirnya, mereka berhasil mengumpulkan uang untuk membeli rumah untuk nenek Jumi'ah, walaupun rumah yang berukuran kecil, namun bagaimanapun juga rumah itu adalah hasil dari kerja keras mereka.
***
Di minggu pagi, mereka menemui nenek Jumi'ah dan membawa nenek Jumi'ah ke rumahbarunya.
" Rumah siapa ini anak-anak?" Tanya nenek
" Ini rumah nenek, rumah yang kami hadiahkan untuk nenek"
Nenek Jumi'ah kaget lalu terharu dan menangis bahagia atas apa yang ia dapatkan hari ini.
"Terimakasih anak-anak." Ucap nenek menangis terharu dan langsung memeluk Yudha, Bara, dan Tama dengan kaki yang masih pincang.
" Dan ini untuk nenek, untuk modal usaha." Ucap papah Bara seraya memberi amplop coklat kepada nenek jumi'ah.
" Terimakasih nak Yudha, Bara, Tama dan bapak ibu yang sudah memberi ini semua kepadasaya, Semoga Allah membalas perbuatan baik kalian."
***
Di minggu pagi seperti biasa, mereka kembali berkeliling untuk membagikan makanan danmasker di jalanan. Dengan Tama yang sudah sembuh. Mereka tertawa sambil membagikankebahagiaan kepada sesama.
_End_